Senin, 25 Oktober 2010

Sepuluh Ilusi Manusia

imagesOleh : Neale Donald Walsch

Prinsip dasar Kesatuan dengan Tuhan dalam kehidupan di dunia adalah menyadari keseluruhan ilusi. Saya mengatakan tentang Sepuluh Illusi Manusia. Dalam tulisan ini saya pribadi ingin memberikan pengalaman saya dan pandangan saya mengenai ilusi ini.

Ilusi Pertama dari Manusia adalah ilusi kebutuhan

Kita membayangkan bahwa kebutuhan itu ada. Karena kita membayangkan ini, kita membayangkan Tuhan yang memiliki kekurangan dan kebutuhan.

Tidak ada Tuhan seperti itu dalam alam semesta ini, tapi kita berpikir bahwa Tuhan seperti itu, dan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan itu. Sebuah ide yang membutuhkan realisasi dan pemikiran yang menarik, namun tidak ada kaitannya dengan Realitas tertinggi sesungguhnya.

Dalam Realitas Tertinggi, semua ini sederhana. Segala sesuatu ada di dalam Keberadaan. Yang ADA adalah ADA dan apa yang TIDAK adalah TIDAK, dan yang tidak ada adalah yang ADA, tidak memiliki kebutuhan. Memang, dalam Kebenaran Tertinggi TIDAK ada yang BUKAN DIA, karena IA adalah semua yang ADA, ADA. Ini meliputi segala sesuatu yang mungkin dapat MENJADI.

Adalah tidak mungkin untuk memikirkan hal-hal yang TIDAK seharusnya, karena jika dapat membayangkan atau berpikir dalam bentuk apapun, dan itu menjadi sesuatu – sejak memikirkan itu adalah sesuatu. Dan jika itu sudah jadi bagian Keberadaan, maka tidak dapat sesuatu yang TIDAK ADA.

Dengan kebenaran ini, tidak mungkin untuk yang ADA memiliki “kebutuhan” apapun. Ia memberikan segalanya yang diinginkan, karena Ia adalah segalanya yang Ada. Ide mengenai kebutuhan adalah merupakan ilusi.

Dan gagasan bahwa Tuhan memiliki kebutuhan adalah sesuatu yang bukan hanya sebuah ilusi, tapi satu hal yang aneh di. Sebab jika Tuhan adalah Tuhan seperti yang kita pahami sebagaimana seharusnya Tuhan, pemikiran bahwa Tuhan memiliki kebutuhan adalah sesuatu yang kurang masuk akal pada permukaanya. Hal ini sesuatu yang sangat tidak logis, kecuali kita salah mendefinisikan dan mengerti Tuhan.

Kini, gagasan bahwa Tuhan tidak membutuhkan sesuatu bukanlah pemikiran sederhana. Ini memberikan lubang yang besar di hampir setiap teologi di planet ini. Karena jika Tuhan tidak membutuhkan sesuatu, maka Tuhan yang membutuhkan sesuatu tidak ada.. Dan Tuhan yang tidak membutuhkan sesuatu adalah mustahil untuk dibayangkan oleh agama-agama yang ada di dunia.

Namun ini adalah Kebenaran sejati dari Keilahian. Tuhan tidak memiliki kekurangan dan kebutuhan.

Ini merubah semuanya – mulai dari Sepuluh Perintah Tuhan – dan bahkan bidang studi teologi harus mengubahnya.

Ilusi kedua manusia adalah bahwa kegagalan itu ada.

Tentu saja, kegagalan tidak dapat ada jika keinginan tidak ada, karena Satu satunya yang Ada tidak memiliki kebutuhan, sebab Ia adalah Semua yang Ada, dan karena itu Ia Memiliki segalanya, tidak mungkin “gagal” untuk menjadi, atau memiliki apapun.

Oleh karena itu, tidak ada Kegagalan.Hanya ada pengalaman dalam kehidupan yang kita sebut “kegagalan”, berdasarkan penilaian yang telah kita buat, dan kesalahpahaman pengertian tentang siapa diri kita sesungguhnya.

Mari kita melihat sejenak.

Jika Kita adalah Tuhan, maka ini berarti tidak ada alasan kita untuk “gagal” pada apapun. Segala apapun yang kita lakukan adalah tindakan murni Penciptaan oleh Pencipta, dan karena itu sudah sempurna.Semuanya sudah sempurna, dan semua hasil sudah sempurna, karena tidak ada apa-apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh Keberadaan.

Jika kita tidak mengingat ini-kita dalam kondisi alpa, kita melupakan kebenaran ini, akan kelihatan seolah-olah “ketidaksempurnaan” itu ada. Ilusi ini akan menjadi seolah olah nyata, dan beberapa dari kita akan menyebutnya “kegagalan.”Dalam kenyataannya, ini sesuatu yang “gagal” menjadi sempurna persis seperti adanya. Namun, apa yang menyebabkan hal itu sebagai “tidak sempurna”? Sesuatu yang harus ada yang hilang atau diinginkan, ya? Dan Tuhan tidak kehilangan dan menginginkan sesuatu. Oleh karena itu, KEGAGALAN adalah sesuatu yang relatif, terhadap apa yang kita gambarkan atau bayangkan.

Jika Anda bayangkan diri anda menjadi Tuhan, maka Anda akan membuat segalanya sempurna dan tanpa cacat, tanpa kegagalan atau keinginan, karena Anda yang menciptakannya.Tindakan penciptaan membuatnya sempurna, karena tidak mungkin untuk menciptakan sesuatu yang tidak ada, karena Ia adalah Semua yang Ada , dan karena itu, konsep sesuatu yang “hilang” dan tidak dapat menjadi bagian dari realitas tertinggi.

Dengan tidak adanya kebutuhan maka tidak ada Kegagalan.

Ini adalah sesuatu yang tidak dipahami secara umum. Masyarakat Manusia memiliki kesulitan tentang konsep ini.Manusia yang telah memahami itu dengan sepenuhnya akan menjadi Masters.

Ilusi ketiga adalah ilusi Pemisahan.

Segera setelah kita membayangkan diri kita gagal, berdasarkan pemahaman kita atas keinginan kita yang tidak terpenuhi, kita merasakan diri kita terpisah dari Tuhan – yang kita tahu secara otomatis dan tanpa pertanyaan bahwa Tuhan tidak dapat gagal dalam apapun. Karena kita memiliki pengalaman yang kita sebut gagal, kita menyimpulkan bahwa kita seharusnya menjadi sesuatu “selain Tuhan.”

“Selain Tuhan” adalah frasa besar. Ini menekankan bahwa terdapat lebih dari Satu selain Yang Satu. Hanya Ada Satu-satunya, dan segala sesuatu merupakan bagian dari Yang Satu itu.

Dalam Illusi dunia kita, kita tidak menyadari hal ini. Kita membayangkan segalanya adalah hal yang terpisah satu sama lain, dan kita menggambarkan hal ini di dalam pengalaman-pengalaman kita. Kita berpikir bahwa ada sesuatu yang “selain” keberadaan kita, dan bahwa Kita Adalah Bagian Terpisah Dari Itu.

Ide Pemisahan ini adalah batu sandungan terbesar dalam mewujudkan kedamaian, kerukunan dan kebahagiaan dalam kehidupan, yang sering kita anggap sebagai mimpi.

Dalam kehidupan Saya sendiri pernah mengalaminya hampir setiap hari. Saya melihat penderitaan orang lain, dan tidak merasakan itu. Saya melihat dunia dalam masalah, dan tidak berusaha memperbaikinya. Saya melihat orang-orang, tempat dan hal-hal lain dari mereka sebagai terpisah dari saya – dan saya memperlakukan mereka seperti itu.

Saya tidak pernah memperlakukan bumi, atau harta benda saya, seperti yang saya lakukan jika saya berpikir bahwa orang-orang lain dan hal-hal lain yang diluar sana adalah saya, dan saya adalah mereka. Jika saya berpikir melakukan untuk diri sendiri sama dengan apa yang saya lakukan untuk orang lain, banyak – mungkin sebagian besar – perilaku saya akan berubah total.

Ilusi Keempat adalah ilusi Ketidakcukupan

Karena kita berpikir bahwa kita terpisah dari Tuhan dan kita terpisah satu sama lain, kita telah menyimpulkan bahwa ada yang “kurang” dalam kehidupan ini. Sebelum kita masuk ke dalam Ilusi Pemisahan, kita telah mempunyai pengalaman langsung bahwa semuanya sebenarnya sudah cukup. Selalu cukup untuk Yang SATU.

Namun bila lebih dari satu kita harus memisahkan apapun yang kita lihat, pada saat itu kita membayangkan bahwa bagian kita adalah “kurang.” Ini adalah sebuah ilusi, murni dan sederhana. Namun bagi saya ini adalah ilusi yang kuat, dampaknya telah berjalan hampir setengah dari kehidupan saya.

Pertama, suatu hal tidak bisa disebut “tidak cukup” ketika Siapa Saya tidak menginginkan dan membutuhkan apapun. Tetapi jika saya membayangkan bahwa saya menginginkan dan memerlukan sesuatu, saya akan membayangkan bahwa ada lebih dari satu dari saya untuk menyimpulkan bahwa ada yang “tidak cukup” bagi saya.

Mudah untuk melihat bagaimana sekarang ilusi membentuk satu sama lain. Tanpa tiga ilusi pertama ilusi yang keempat tidak mungkin. Dan tanpa ilusi yang keempat, yang kelima juga tidak mungkin.

Ilusi Kelima adalah ilusi tentang Persyaratan

Hanya ada satu hal yang saya pikirkan ketika saya terlibat dalam ilusi bahwa ada yang “tidak cukup.” Saya harus berpikir bahwa mungkin bagi saya untuk memiliki “kecukupan”, dan bahwa ada sesuatu yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa saya mendapatkannya. Ada sesuatu yang diminta agar “memiliki cukup”. Harus ada sesuatu yang saya dapat, lakukan, atau syarat untuk dapat memenuhi kecukupan tersebut. Yang harus saya lakukan adalah mengetahui apa Persyaratannya.

Disamping itu, karena saya membayangkan bahwa saya diminta oleh kehidupan untuk menjadi, melakukan dan memiliki segala hal secara berurutan untuk memiliki “hal yang tidak cukup,” Saya menjadi terbiasa memerlukan ANDA memiliki hal-hal tertentu juga, jika Anda menginginkan beberapa hal yang saya miliki – seperti kasih, kuasa, uang, atau hal-hal yang tidak cukup.

Dengan demikian, sistem “membayar atau keluar” adalah aturan yang dibuat oleh manusia – dan tidak hanya ada dalam perdagangan. Skenario ini bekerja pada semua aspek kehidupan manusia di seluruh bidang. Dan semuanya berasal dari ilusi kelima.

Ilusi keenam adalah bahwa penghakiman itu ada

Logika Penghakiman dalam alam semesta adalah suatu keharusan – JIKA kita menerima, dan meyakini kebenaran dari kelima ilusi diatas. Sebab jika tidak ada hal sebagai Persyaratan, bagaimana kita tahu apakah ada yang telah memenuhi Persyaratan? Sebuah sistem penghakiman harus dibuat, sehingga penentuan ini dapat dibuat.

Berdasarkan logika ini, kita telah membuat gambaran dalam pikiran kita tentang Tuhan yang menghakimi kita, dan kita telah membuat sistem penghakiman di dunia- Justice System – untuk memastikan, di kedua kasus, bahwa Persyaratan telah dipenuhi untuk menerima kecukupan dari apa yang sebelumnya Tak Cukup.

Dalam kasus Tuhan, kita membayangkan bahwa ini adalah tempat di surga. Ini adalah sesuatu yang kita harus “tuai”, karena ada anggapan”tidak cukup” tempat disekitar kita untuk siapapun dan semua orang! Anda harus “memenuhi Persyaratan.”

Tuhan mengetahui apa saja yang merupakan persyaratan, namun. Ini berubah dari agama ke agama, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Mungkin juga, ini berubah dari planet ke planet lain juga.

Semua ini bisa menjadi sangat membingungkan, tetapi keyakinan ini bertahan pada sebagian besar manusia. Sayangnya, meskipun ini tidak mengenai apa yang dilakukan orang, tapi setidaknya banyak dari mereka yangn khawatir tentang apa yang telah dilakukan.

Ilusi ketujuh adalah ilusi tentang Hukuman

Tentu saja, jika ada sebuah sistem penghakiman, harus ada sebuah hadiah/ganjaran bagi mereka yang dinilai telah memenuhi Persyaratan dan azab bagi orang-orang yang tidak.

Oleh karena itu, kita telah datang dengan gagasan bahwa neraka itu ada. Hal ini sebelunya telah berguna bagi saya dalam kehidupan saya sendiri. Saya pernah membayangkan bahwa Tuhan menghukum kita (bagi yang tidak memenuhi keinginanNya, yang sebenarnya tidak pernah memiliki, dan yang tidak memberikan sesuatu kepada-Nya yang ia sebenarnya tidak memerlukan), saya membayangkan bahwa saya harus mampu melakukan hal yang sama seperti tetangga saya, juga.

Jadi, saya turut serta dalam menciptakan masyarakat yang menghakimi, yang mengutuk orang-orang dengan penghakiman- kadang-kadang menghukum mati mereka, dan menggunakan nama Tuhan sebagai justifikasi untuk melakukan hal tersebut. Ini adalah “Hukum Tuhan,” Saya mengatakan pada diri sendiri.

“Hukum” seperti ini tidak pernah dibuat oleh Tuhan, tetapi tidak masalah bagi saya. Ilusi saya mengijinkan saya berpikir bahwa hukum telah dibuat. Ini adalah kisah saya dan saya mengalaminya.

Ilusi kedelapan adalah ilusi tentang terkondisikan.

Tidak ada kondisi di Alam semesta ini dimana Yang Satu itu tidak ada. Yang Ada adalah Satu satunya – apa Yang Ada. Apa yang Ada adalah Keseluruhannya, di bawah segala kondisi. Artinya, tidak ada kondisi di mana Ia adalah TIDAK BERADA. Terkondisi, oleh karena itu, tidak melekat sebagai sifat sesuatu.

Namun, kita berpendapat bahwa tidak seperti itu. Sebab jika Ada penghukuman, maka tampaknya harus ada beberapa “kondisi” di mana kami tidak diinginkan. Penkondisian ini diajarkan dan diturunkan ketika penghakiman dibuat sebagai apakah kita memenuhi atau tidak persyaratan untuk menerima kecukupan dari ketidakcukupan kita.

Satu ilusi mengikuti yang lain, mengikuti yang lain, mengikuti yang lain, menciptakan sebuah matriks gambaran saling keterkaitan, yang tidak satupun yang ada kaitannya dengan Realitas Tertinggi.

Dalam kehidupan saya sendiri, saya telah menggunakan Ilusi dari bersyarat ini sebagai alasan untuk memberikan cinta saya. “Saya mencintai kamu JIKA …” telah menjadi permainan besar yang telah saya mainkan. Dan saya melakukannya karena saya percaya bahwa ini adalah permainan Tuhan yang harus dimainkan oleh saya.

Hanya jika saya menyadari bahwa sesungguhnya tidak ada persyaratan sebagai bagian dari Tuhan – dan oleh karena itu, bukan sebagai bagian dari kehidupan, maupun sebagai bagian dari saya – saya bisa mulai keluar dari ilusi ini. Saya kemudian dapat hidup dengan itu, tapi tidak didalamnya – yang sepenuhnya merupakan hal yang berbeda. Ketika saya berada didalam Ilusi, saya bisa memastikan hal itu.

Ilusi kesembilan.. Adanya keunggulan

Sebuah hal tidak dapat lebih unggul dari dirinya sendiri, karena jika hanya ada satu kita, tidak ada keunggulan.

Tanggapan saya sendiri pada ilusi ini sangat menyakitkan bagi saya, karena saya pernah membayangkan diri saya lebih unggul dari orang lain dalam berbagai momen di hidup saya. Sejauh ini terlalu banyak bagi saya untuk merasa nyaman dengan diri saya sendiri. Terlalu banyak bahkan saat ini, ketika saya mengetahui lebih baik.

Ya, ilusi ini telah menghantui saya, saya benar-benar terikat padanya, dengan kuat. Ini adalah yang paling sulit bagi saya untuk keluar dari ilusi ini. Sangat sulit untuk melepaskannya.

Penghakiman-penghukuman-pengkondisian-keunggulan, telah menjadi bagian dari kehidupan saya.

Para Guru memahami bahwa tidak ada dari semua ilusi tersebut merupakan bagian dari kenyataan. Para Guru mengetahui Siapakah Kita Semua, dan Apakah Kita Semua, dan menurut definisi, akan menghilangkan segala perasaan keunggulan dari Kesatuan Expresi dan Pengalaman.

Tuhan tidak merendahkan yang satu.Tuhan tidak akan menghakimi, dan tidak menghukum. Tuhan mencintai tanpa syarat, tidak hanya orang lain, tapi kehidupan itu sendiri, dan segalanya didalam kehidupan.Tuhan mengetahui bahwa segala sesuatu yang berada di dalam kehidupan adalah Dia, Ia adalah yang Kehidupan itu sendiri, dan tidak ada Kehidupan dimana dia tidak berada.

Ini bukan pemahaman yang sedikit. Ini akan merubah segalanya. Itu membuat kemarahan, rasa terluka, kekecewaan, dendam, penghakiman, kutukan dan keunggulan menjadi mustahil.

Hal-hal tersebut hanya mungkin ada dalam dunia ilusi kita. Dan dunia ilusi kita hanya mungkin ada jika kita tidak mengetahui itu. Artinya, jika kita menyadari bahwa dunia kita adalah sebuah ilusi, maka apa yang dibuat-buat tentang hal itu akan hilang, dan apa yang dilihat adalah Realitas sesungguhnya. Yang Ada adalah semua yang Ada.

Ilusi kesepuluh bahwa ketidaktahuan itu nyata.

Ini adalah ilusi yang mengatakan bahwa anda tidak mengetahui bahwa semua ini adalah sebuah ilusi. Tak hanya tidak mengetahui, tapi kita tidak dapat mengetahuinya. Itu karena kita menolak terhadap kebenaran Itu.

Namun sekarang ketidaktahuan adalah sebuah ilusi. Tidak nyata. Jika ketidaktahuan adalah nyata, maka apa yang nyata tidaklah nyata, bagi Anda yang tidak dapat mengetahui ini, dan satu-satunya hal yang nyata adalah sesuatu yang dapat anda Ketahui.

Secara definisi yang “tidak dapat diketahui” tidaklah nyata. Tidak dapat. Segala sesuatu yang nyata dapat diketahui. Ingatlah selalu. Segala sesuatu yang nyata adalah semua yang dapat diketahui. Jika tidak, mereka menjadi tidak nyata.

Oleh karena itu, tidak ada ketidaktahuan. Hanyalah sebuah ilusi.

Anda mungkin berpikir sekarang, karena anda telah menyimpulkan dari membaca tulisan ini, bahwa Anda tidak “tahu” setengah dari apa yang saya bicarakan di sini. Tapi Anda sebenarnya mengetahui. Pada beberapa tingkat mendalam, Anda tidak hanya melakukan, tapi Anda MENGETAHUI apa yang Anda lakukan.

Peganglah kebenaran ini, dan rangkulah ia, sehingga menjadi bagian dari pengalaman Anda disini dan saat ini. Bila Anda melakukannya, Anda mengambil langkah pertama di jalan pemahaman menyeluruh, langkah pertama di jalan KESATUAN DENGAN TUHAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar